Oleh: Arif Rahman Hakim
(Pewarta UpWarta)
BOJONEGORO – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Pemerintah Pusat, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat, khususnya di daerah-daerah seperti Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, kini menjadi sorotan.
Meskipun di Kabupaten Bojonegoro program ini telah berjalan di beberapa lokasi, keluhan dari para penerima manfaat mulai bermunculan, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang efektivitas dan implementasinya di lapangan.
Dalam sepekan terakhir, media ini menerima sejumlah keluhan yang cukup memprihatinkan. Salah satu keluhan datang dari seorang warga Desa Karangdowo, Kecamatan Sumberrejo yang tidak mau di Publikasikan identitasnya.
Warga tersebut mengeluhkan bahwa pembagian MBG untuk Balita, yang seharusnya dilakukan setiap hari, justru digabung menjadi satu hari untuk jatah tiga hari, selain itu menu monoton, dan sayur lodeh seperti sudah basi.
Keluhan serupa juga datang dari lingkungan pendidikan. Di SMPN 5 Bojonegoro, kepala sekolah dan salah satu orang tua siswanya yang mengungkapkan bahwa menu sayuran yang disajikan oleh dapur MBG seringkali basi.
Kondisi ini tentu sangat disayangkan, mengingat pentingnya asupan gizi yang baik bagi tumbuh kembang anak-anak usia sekolah.
Tidak hanya siswa SMPN 5, siswa TK Tunas Harapan di Kelurahan Karanglacar, Kecamatan Bojonegoro, juga mengalami masalah serupa. Kata salah satu wali murid, anaknya akhirnya enggan memakan makanan yang disediakan karena kualitasnya yang kurang baik.
Kondisi ini tentu menjadi tamparan keras bagi kita semua. Program MBG yang seharusnya menjadi solusi untuk meningkatkan gizi masyarakat, justru menjadi masalah baru.
Beberapa pertanyaan penting perlu diajukan: Apakah perencanaan dan pengawasan program ini sudah dilakukan dengan matang? Apakah ada mekanisme kontrol kualitas yang efektif untuk memastikan makanan yang disajikan layak konsumsi?
Tentu, kita tidak ingin program MBG ini hanya menjadi sekadar proyek seremonial tanpa memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat.
Oleh karena itu, perlu adanya evaluasi menyeluruh terhadap implementasi program ini. Pihak-pihak terkait lainnya perlu duduk bersama untuk mencari solusi terbaik.
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian adalah:
1. Peningkatan Kualitas Makanan: Makanan yang disajikan haruslah bergizi, dan bervariasi. Menu harus disesuaikan dengan kebutuhan gizi anak-anak usia sekolah dan balita.
2. Pengawasan yang Ketat: Perlu adanya pengawasan yang ketat terhadap proses pengadaan, pengolahan, dan pendistribusian makanan. Pastikan bahwa makanan yang disajikan memenuhi standar kesehatan dan keamanan pangan.
3. Koordinasi yang Baik: Perlu adanya koordinasi yang baik antara semua pihak yang terlibat dalam program MBG untuk bekerja sama secara sinergis untuk memastikan keberhasilan program ini.
4. Partisipasi Masyarakat: Masyarakat juga perlu dilibatkan dalam program MBG. Orang tua siswa, guru, dan tokoh masyarakat dapat memberikan masukan dan saran untuk perbaikan program ini.
Dengan evaluasi yang menyeluruh dan perbaikan yang berkelanjutan, diharapkan program MBG dapat berjalan lebih efektif dan memberikan manfaat yang nyata bagi masyarakat.
Karena jangan sampai program yang mulia ini justru menjadi bumerang yang merugikan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.