Opini oleh Agus.
Bojonegoro – Kabupaten Bojonegoro seharusnya menjadi daerah yang makmur berkat limpahan migas, tetapi kenyataan di lapangan jauh dari itu.
Banyak warga masih berkutat dengan masalah kemiskinan dan akses ekonomi yang terbatas.
Publik menilai ada ketimpangan antara besarnya potensi daerah dengan kesejahteraan rakyat.
Menurut pakar ekonom dari Universitas Brawijaya, pengelolaan sumber daya alam di daerah penghasil migas seperti Bojonegoro sering tidak memberikan efek berganda (multiplier effect) bagi masyarakat lokal.
“Pemda cenderung fokus pada pendapatan jangka pendek. Padahal, yang dibutuhkan adalah investasi jangka panjang di sektor pendidikan, pertanian, dan UMKM agar rakyat merasakan manfaat nyata,” ujarnya, tadi pagi.
Sementara itu, Siti Marwiyah, pengamat kebijakan publik, menilai bahwa transparansi dan akuntabilitas penggunaan dana bagi hasil migas masih minim.
“Tanpa sistem pengawasan yang ketat, kekayaan daerah hanya berputar di kalangan elite dan kontraktor, bukan pada masyarakat yang seharusnya jadi penerima manfaat utama,” tegasnya, kemarin.
Opini publik semakin kuat bahwa pemerintah daerah harus segera mengubah arah kebijakan.
Sumber daya alam yang melimpah tidak akan pernah otomatis menghadirkan kesejahteraan jika tidak dikelola dengan visi keadilan sosial.
Bojonegoro bisa menjadi contoh sukses daerah kaya migas, atau justru menjadi bukti pahit kegagalan tata kelola ekonomi.