Kirab Pusaka Ki Andong Sari: Mengenang Jejak Pejuang dan Pendiri Tanah Ledok di Bojonegoro

Avatar photo
Peserta kirab Pusaka Ki andongsari Tokoh kelurahan Ledok, Bojonegoro

BOJONEGORO – Suasana khidmat, dan meriah menyelimuti Kelurahan Ledok Kulon, Kecamatan Bojonegoro Kota, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, pada Minggu siang, (20/72025).

Ratusan warga tumpah ruah di sepanjang jalan mengikuti dan melihat Kirab Pusaka Ki Andong Sari, sebuah tradisi tahunan yang digelar untuk memperingati haul dan mengenang jasa-jasa tokoh legendaris Ki Andong Sari.

Sembilan pusaka peninggalan Ki Andong Sari yang dikirab, yakni Tumbak Godong Andong, Tumbak Gagak Cemani, Tongkat Galeh Kelor, Tongkat Menjalin Bang, Tongkat Menjalin Porong, Rompi Onto Kusumo, Slempang Kebesaran, Pedang Cekik, dan Kentrung.

Pusaka-pusaka tersebut sebelum di kirab, sebelumnya telah melalui prosesi penjamasan oleh pasukan 12 juru kunci makam pada pagi harinya.

Acara sakral ini turut dihadiri oleh Wakil Bupati Bojonegoro, Nurul Azizah, beserta suami, Forkopimcam Kecamatan Kota Bojonegoro, Kepala Desa Ledok Kulon dan Ledok Wetan, paguyuban di Ledok Kulon, serta para tokoh kelurahan Ledok Kulon dan Ledok Wetan.

Kehadiran Wakil Bupati Nurul Azizah menjadi sorotan, di mana beliau tidak hanya membuka acara, tetapi juga ikut berkeliling kirab di barisan terdepan dengan menaiki andong, untuk menyapa masyarakat yang antusias.

Dalam sambutanya, Kepala Kelurahan Ledok Kulon mengatakan bahwa Kirab Pusaka Ki Andong Sari digelar setiap tahun pada bulan Muharram atau Suro.

Hal ini dilakukan secara turun temurun dinkelurahan Ledok Kulon untuk menjadi pengingat akan semangat perjuangan dan nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh Ki Andong Sari.

“Melalui acara ini, masyarakat Ledok, terus menjaga dan melestarikan sejarah serta kearifan lokal yang juga telah membentuk identitas kita,”ucapnya

Dalam laporannya, adapun rutenya, rute kirab dimulai dari Kelurahan Ledok Wetan, menuju ke Kelurahan Ledok Wetan untuk disemayamkan sebentar, lalu dikirab kembali ke Kelurahan Ledok Kulon.

“Sebelum dikirab pusaka-pusaka ini telah melalui prosesi penjamasan oleh pasukan 12 juru kunci makam pada pagi hari tadi, yang kemudian siang ini di kirab,”ucapnya

Dalam kesempatan itu, Kepala Kelurahan Ledok Kulon juga menyampaikan terima kasih kepada Wakil Bupati Bojonegoro atas kehadiran dan kesediaannya membuka acara kirab pusaka ini.

“Terima kasih kepada Ibu Wakil Bupati yang telah menyempatkan hadir sekaligus membuka kirab pusaka ini, kehadiran Ibu Bupati ini merupakan suatu kehormatan bagi kami,” ucapnya.

Wakil Bupati Bojonegoro, Nurul Azizah, mengapresiasi semangat dan kekompakan warga Ledok Kulon dalam melestarikan tradisi ini.

Beliau berharap, dengan dilaksanakannya tradisi ini, warga Ledok Kulon dan Ledok Wetan senantiasa mendapatkan keberkahan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Lebih lanjut, Wakil Bupati menekankan pentingnya meneladani kepribadian Ki Andong Sari.

“Kita semua dapat mencontoh dari kepribadian Ki Andong Sari, karena meski sakti mandraguna, ia tetap punya sikap sederhana dan suka membela rakyat sebagaimana seperti dalam perjuangannya melawan kedzaliman penjajah Belanda pada masa itu,” tuturnya.

Untuk diketahui Dilansir dari berbagai sumber, Ki Andong Sari adalah sosok yang sangat dihormati. Beliau dikenal sebagai Adipati Aryo Metahun, seorang Bupati dari Ngurawan.

Namun, di balik kemewahan jabatannya, Ki Andong Sari memilih jalan perjuangan yang berbeda. Beliau rela meninggalkan segala kemewahan sebagai bupati dan melakukan pengembaraan dengan menyamar sebagai “tukang mbarang” atau pengamen kentrung.

Penyamaran tersebut adalah bagian dari upayanya untuk berjuang demi menjaga martabat bangsa.

Lebih dari sekadar pejuang, Ki Andong Sari juga merupakan “babad tlatah Ledok” atau pendiri desa Ledok, yang kini terbagi menjadi dua bagian, yakni Ledok Kulon dan Ledok Wetan.

Jejak perjuangannya tak hanya terbatas pada upaya menjaga martabat bangsa, tetapi juga dalam melawan kolonialisme Belanda.

Dengan jiwa ksatria yang menolak tunduk pada kedzaliman, Ki Andong Sari sepanjang hidupnya melakukan perlawanan terhadap Belanda sekaligus menyebarkan ajaran Islam di bumi Ledok dan Bojonegoro. (Arh).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *